ISTAMBUL - Orang bijak berkata, seorang teman belum tentu sahabat, tapi, … Seorang sahabat sekaligus teman, ada ketika senang dan susah. Demikian, sahabatku Ozkan pekan lalu mengontakku melalui bip menanyakan, kabarku dan keluarga. Senang ia mendengar jawabanku. “Alhamdulillah”. Aku pun menanyakan sebaliknya.
Keakraban itu, ditapaki sejak aku diajak ke rumahnya, disebuah apartemen, di Istanbul.
Pun, sebaliknya ia dan isterinya pernah bertandang ke rumahku di Bandung. Ozkan, seorang pria sarjana teknik sipil, jebolan
Middle East Technology University (METU) di Ankara, yang kini berusia 60 tahun.
Aku mengenalnya tahun 2006 ketika jamuan makan malam atas undangan Walikota Istanbul Mr. Topbas, di Mesopotamian Terrace. Sebuah Restoran yang memiliki pemandangan indah - Selat Bosporus dan laut Marmara.
Di Restoran itu kami duduk di meja panjang saling berhadapan. Ozkan duduk tidak jauh dariku. Ia bercerita, baru saja pulang dari Aceh, setahun lamanya, mengerjakan rumah tinggal korban Tsunami akhir tahun2004.
Bahasa Indonesianya pun, terbata-bata, “sedikit-sedikit bisa” katanya, melucu. Ketika itu aku bertanya, mengapa ia dan temannya peduli pada musibah yang menimpa masyarakat Indonesia. Ia katakan kami peduli atas rasa kemanusiaan, terlebih masyarakat Indonesia adalah mayoritas muslim yang juga adalah saudara kami, tercatat sebagai populasi muslim terbesar di dunia.
Spontan aku mencari tau tentang Ozkan, kami berbincang cukup serius di sela-sela jamuan makan. Aku memahami, atas pandangan hidup dan sikap politiknya.Ia seorang muslim yang taat, dari keluarga yang taat, terlihat juga dari namanya, diartikan darah keluarga. Supel, berteman dekat sejak lama dengan Mr. Topbas sang walikota Istanbul.
Istanbul ini adalah hasil perjuangan Utsmani pimpinan Al-Fatih berjumlah 150.000 pasukan dengan senjata-senjata raksasa seperti meriam Basilika yang dibuat dengan teknologi terbaru pada masa itu, tepatnya 6 April 1453 menaklukkan konstantinopel sebagai pusat agama Romawi.
Dan itu masih dirawat hingga sekarang, kokohnya Hagia Sophia. Pertempuran Konstantinopel berlangsung di darat, laut dan bawah tanah. Pertempuran darat terjadi di sekitar benteng Konstantinopel. Sedangkan pertempuran laut berlangsung di perairan Tanduk Emas.
Selain itu, pertempuran bawah tanah dilakukan melalui penggalian terowongan dari pasukan Utsmani untuk meruntuhkan struktur benteng Konstantinopel. Alhamdulillah, pasukan muslim mampu menerobos benteng Konstantinopel, dan sejarah mencatatnya sebagai kekuatan yang diperhitungkan dunia.
Kini hasrat itu muncul kembali kata Ozlan. Sejarah masa lalu sebagai motivasi itu yang kutangkap dari pembicaraan dengan Ozlan
yang juga bersahabat dekat dengan Erdogan.
Erdogan berusaha menghidupkan kembali semangat Ottoman. Itu terlihat ketika kampanye pada pemilu local 27 Maret 1994, dan terpilih. Kemudian Erdogan dipenjara pada 12 Desember 1997 karena puisinya. waktu itu sistem politik Turkey turut diwarnai oleh aparat militer yang berperan penting terhadap pergantian penguasa setelah meninggalnya Mustafa Kemal Attaturk.
Merasa berkewajiban menjaga kelangsungan sekulerisme di Turki, militer menggunakan hal tersebut untuk menggulingkan rezim yang dinilai menyimpang dari nilai-nilai sekulerisme.
Teringat, ketika aku masih bertugas di TVRI tahun 1994 pertama kali menginjakkan kaki di Turkey, kami bicara politik dengan teman-teman di Turkey secara berbisik, Itu yang dialami Erdogan, empat bulan di penjara.
Kemudian Erdoğan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada tanggal 14 Agustus 2001. Dari tahun pertama, AKP menjadi gerakan politik terbesar yang didukung publik di Turki. Pada pemilihan umum tahun 2002, AKP memenangkan dua pertiga kursi di parlemen, membentuk pemerintahan partai tunggal setelah 11 tahun.
Kini Turkey menjadi kekuatan dunia yang cukup diperhitungkan. Ternyata, semangat Ottoman, dapat melecut masyarakatnya menjadi Negara maju dan kuat di dunia.
Pengalaman sejarah apa, yang negara kita miliki sebagai penyemangat agar Negara kita maju? Terlihat orang berteriak merdeka, tapi entah kemerdekaan apa yang telah didapatnya.
Istambul
Eddy Syarif
Tukang Foto Keliling